Senin, 12 Oktober 2009

Cerpen

Cinta Anak Manja

Kami mulai deket, tapi bukan berarti udah pacaran.”


Kini Wulan merasa telah tahu duduk persoalannya, kenapa Tania begitu ngotot memaksanya datang. Sebenarnya Wulan ingin tertawa geli, tapi ia tak tega. Betapapun Tania memang nampaknya amat
berantakan. Air matanya tak juga kunjung berhenti menetes.
Namanya juga anak manja!Persoalan sebenarnya sederhana saja, dan seperti yang sudah- sudah, Tania selalu menunggu jalan penyelesaian atau pemecahannya dari mulut Wulan. Menghadapi situasi seperti ini, Wulan sering kali menyesal walau tak punya pilihan lain. Tania, sepupunya ini,
memang anak tunggal. Dan untuk urusan-urusan tertentu, nampaknya ia tak cukup punya keberanian untuk mengungkapkannya di depan
ortu sendiri. Termasuk urusan yang satu ini.
“Masak, sih, kamu nggak kenal Yusdi?”
Wulan menggeleng.
“Sama sekali?” Mata yang masih basah itu melotot. “Bullshit!
Kalian satu sekolah, masak nggak kenal?”
“Kenal sih kenal, tapi ya gitu-gitu aja. Nia… sekolahku
penghuninya hampir empat ratus manusia. Masak, harus kenal satu
per satu? Lagian kelas Yusdi emang jauh banget sama kelasku.
Paham?”
Kini Tania yang menggeleng.
Wulan melengos untuk menahan kata yang nyaris meluncur dari bibirnya yang senantiasa basah. Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa Yusdi sama sekali bukan cowok populer di sekolah. Ia bahkan tak pernah masuk hitungan dalam kancah pergosipan di sekolah.
Yang ia tahu, Yusdi justru tergolong cowok nyentrik. Pendiam, penyendiri. Jelas sekali, ia seperti sering sengaja menarik diri dari persahabatan yang intens dengan orang lain, terlebih dengan lawan jenis.


(Lanjutan ntar ea)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar