Senin, 12 Oktober 2009

Cerpen kedua

TAK SEPERTI JANJI MATAHARI
Oleh : Novita Sikome

“Aku Arman, tunangan Sita. Bulan depan kami akan menikah, seusai wisudanya....”

Empat tahun telah berlalu. Aku harus kembali ke kota kelahiranku. Janjiku pada Ayah dan Ibu sudah kutepati, bahwa aku akan menyelesaikan SMU-ku di Yogya dengan hasil gemilang, bukan
seperti saat SLTP dulu. Berbagai macam pelanggaran kulakukan, saat itu, membuatku terpaksa diungsikan ke kota Mbakyu Nina, demi
masa depanku, demikian kata mereka. Sebenarnya, itu tak perlu, sebab aku sudah menyadari segala kesalahanku, tapi bersiap untuk memperbaikinya, namun semua sudah terlambat.

Mereka sudah memesan tiket pesawat untukku. Membuatku harus meninggalkan semua teman sejak masa kecilku, dan juga Sita, yang bisa dibilang my soul saver. Sita yang nggak pernah bosan- bosannya ngingetin aku bahwa ngerokok itu nggak baik, yang nggak pernah bosan nemenin aku meski aku lagi teler berat akibat terlalu banyak nenggak minuman beralkohol.

Sita yang selalu ngomong bahwa aku masih SLTP. Sita yang kakak kelasku, jauh di atasku. Dia kukenal saat aku bolos sekolah, dan terpaksa sembunyi di kantin SMU-nya yang hanya dipisahkan oleh tembok pagar setinggi dua meter dari SLTP tempat aku menuntut ilmu. Saat itu aku baru kelas 2 SLTP, dan Sita kelas 2 SMU.
Badanku yang memang tinggi besar bisa mengecoh cewek-cewek, kalau aku lagi nggak make seragam putih biru.

“Hei… kamu lagi ngapain jongkok di situ?!” Aku masih ingat bener ucapan Sita pertama kali saat kami ketemu. Aku sedang dikejar
satpam sekolah yang tanpa sengaja melihatku tengah memanjati pagar untuk kabur dari pelajaran Matematika yang sangat kubenci.
“Anuuu…..” aku tak tahu harus menjawab apa. Sudah aku kelihatan
bego sedang jongkok di bawah meja makan kantin, dipelototin pula
sama cewek cakep!!
“Pasti dikejar satpam sekolah kamu, ya?” katanya lagi. Namun, saat satpam sekolahku tiba di situ, dan bertanya apakah ada anak
SLTP yang ke situ, Sita hanya menggelengkan kepalanya, cuek.
“Kok nggak ngasih tahu bahwa aku di sini sama satpam?” tanyaku heran.
“Nggak kenapa-kenapa, aku nggak suka satpam sekolah kamu itu. Sok galak!” jawabnya enteng. Sialan! Aku udah geer dari tadi, kirain
dia suka aku, taunya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar